top of page

Lingkar Dalam



Aroma abu meledak menghanguskan akal pikiran manusia dengan memberikan perdebatan perspektif antara seni dan teknologi. Lahirnya pandangan kebebasan berkesenian tentu memberikan bobot permasalahan yang cukup serius di ranah kesenian kota Surabaya. Entah kebuntuan atau suatu kebutuhan, pemberian batasan seni dan non-seni kian hari kian merapuh, bahkan hilang tersapu oleh derasnya paham-paham baru yang tentu mengedepankan aspek kekinian. Tercampurnya kultur dalam satu wadah memberikan efek tabu dalam kemurnian suatu karya seni di era ini, dan siklus kebingungan tanpa unsur kepastian seolah memberikan keputusan final bahwa era kontemporer adalah ujung dari kemajuan peradaban manusia.


Istilah kontemporer menimbulkan kebingungan atas batasan seni dan non seni. Istilah seni kontemporer dalam arti seni masa kini sebenarnya sudah muncul sejak tahun 50-an. Pada waktu itu, karya seni masa kini hanya menyangkut nama-nama seperti Picasso, Matisse, Braque. Periode berikutnya adalah pendobrakan yang lengkap terhadap asas-asas seni rupa tradisi Barat. Bahkan, akhirnya pendobrakan ini semakin beraneka ragam. Dipengaruhi oleh semangat individualisme dengan jumlah pelukis yang semakin banyak, maka seni kontemporer ini semakin dipadati oleh seni individual di mana setiap seniman berusaha untuk saling berbeda satu sama lain (Popo Iskandar, 2000:30).


Paham esoterisme dalam lingkup seni tentu taklekang oleh zaman. Bagaimana tidak? Siklus-siklus pendidikan seni formal dan non-formal selalu saja memberikan sekat-sekat pandangan warna soal seni rupa di era kontemporer ini. Perbincangan ranah perkembangan seni rupa memanglah menjadi topik elegan bagi masyarakat elite maupun masyarakat urban. Pengetahuan dasar kesenirupaan memang menjadi bahan bakar terciptanya esoterisme dikalangan penikmat bahkan pelaku seni itu sendiri. Perbincangan yang tidak pernah putus seakan memberikan kesan segar di setiap harinya, pembaruan-pembaruan konseptual seni membuat kita terlena akan pesatnya perkembangan seni. Adapun permasalahan dalam konteks seni untuk masyarakat nusantara masih terbilang sangat klasik. Faktor-faktor edukasi seni yang kurang eksis menjadikan rumusan masalah tanpa penyelesaian.

Fenomena terjalinnya sikap negosisasi esoterisme kontemporer di Surabaya masih terbilang dibawah rata-rata. Cabang-cabang seni murni dan seni adiluhung berbasis kebudayaan masih belum melebur menjadi satu. Doktrin-doktrin era modern masih saja melekat di benak kita saat ini, dan paham-paham barat hari ini tetap menjadi primadona dikalangan masyarakat seni rupa Surabaya. Padahal penolakan paham modernisasi sudah di lakukan di zaman post-modern hingga era kontemporer ini. Argumentasi penolakan timbul akibat adanya pandangan modernisme yang menganggap bahwa kebenaran ilmu pengetahuan sifatnya mutlak, atau bersifat objektif. Melansir dari problema perkembangan zaman yang terbilang kompleks ini, kehadiran seni kekinian berbasis kebudayaan tentu menjadi hal yang di idam-idamkan.


Sejatinya makna esoterisme dalam konteks bahasa tidak lebih dari pengelompokan manusia yang paham akan dunianya masing-masing. Manusia satu dengan manusia lainnya tentu tidak akan pernah bisa diklasifikasikan secara spesifik, dan pengkotakan pun tidak lebih jauh dari perbandingan tampak fisik. Maka benar saja jalan hidup individu tidak akan pernah selaras dengan individu lainnya, tanpa adanya itikad untuk menggali pemahaman dan saling memahami. Esoterisme menawarkan jalan keluar dari permasalahan dengan menekankan aspek-aspek kesederhanaan di dalam diri manusia itu sendiri.


Benjamin Crème (1996) menegaskan bahwa ilmu esoteric yang bermakna pemahaman umum atau pemahaman berdasarkan perspektif pribadi, menyajikan sistematis dan komprehensif tentang evolusi, dalam diri manusia dan alam. Esoterisme sering diartikan sebagai seni bekerja yang berbahan bakar spiritual tertinggi. Di balik itu, ajaran-ajaran itu telah memberikan bimbingan akan terbentuknya suatu peradaban. Peradaban dan semua kemajuan besar tersebut meliputi usaha manusia di bidang pengetahuan alam, politik, seni, dan agama. Penerapan sikap esoterisme bertujuan untuk memperluas kepekaan manusia akan hal-hal yang di luar jangkauan individu, agar terbentuk kesadaran akan kebersamaan sebagai manusia sosial.


Pemaparaan seni sebagai media spiritual, memperlihatkan bahwa seni tidaklah bertolak belakang dengan aspek agama. Penganalogian seni dan spiritual tidak lebih dari sekeping uang koin, kedua sisi uang koin memiliki fungsi simbolik yang berbeda secara makna, namun keduanya menjadi satu bagian yang tidak pernah bisa di pisahkan secara fungsi nyata. Pada prosesnya seniman melepaskan ide-ide dalam balutan konseptual, yang di petik dari garis imajinasi diluar akal rasional manusia pada umumnya. Spiritualitas dalam kontemporer merupakan pemantik kedalaman jiwa manusia dalam balutan kebebasan berpikir. Adapun kebenaran bahwa stigma konsep spiritual bukanlah hal yang dinamis atau bersifat kaku, namun pada dasarnya hal tersebut hanyalah sebuah kepura-puraan pengetahuan mereka soal interelasi esoterisme kontemporer.


Keunikan cara pikir seorang perupa terbentuk dari adanya praktik pola-pola imaginatif, yang seiring perkembangan waktu menjadikan penokohan dari setiap individu atau seniman itu sendiri. Keseimbangan spiritual seniman dapat di analisa dari proses kreatif seseorang. Perjalanan seniman di ambang mimpi memperlihatkan seolah seniman hidup di dimensi lain, dan membentuk sudut pandang kejeniusan seorang pelaku seni itu sendiri. Dalam mencari kemurniannya, seniman menembus alam mimpi beserta batasan-batasan intelektual, budaya, agama, moral, politik, dan lain sebagainya.


Pengendalian diri di atas rata-rata orang awam membentuk perspektif baru dan demi memenuhi hasrat seni kekinian (kontemporer), mereka meninggalkan dunia nyata yang di penuhi oleh kata rasional bertujuan untuk menaikkan tingkat orisinil pada sebuah gagasan. Dalam kemampuan ini perupa tentu telah melewati tingkatan tertinggi pada kasta spiritual seni, meninggalkan segala problema dan dogma-dogma duniawi adalah kunci untuk membuka gerbang dunia spiritual seni.



Esoterisme telah melatih sikap manusia dalam memahami pola pikir di luar pemahaman individu, kontemporer selalu menyediakan kita lingkaran sebagai wadah kreatif berkesenian tanpa adanya batasan-batasan, dan esoterisme kontemporer telah mengajarkan kita untuk selalu memahami perbedaan pandangan dengan argumentasi kebebasan berekspresi. Kepiawaian seseorang dalam memahami pemahaman orang lain menjadikan inti terdalam dari paham esoterisme kontemporer seni. Lingkar Dalam berusaha dan mengupayakan membentuk paradigma baru untuk semua orang dalam menyikapi perubahan kultur yang tidak pernah bisa diramalkan.

Recent Posts

See All

Comments


bottom of page